Apa itu Eyecryl Phakic?
Eyecryl Phakic adalah lensa buatan (intraocular lens) yang ditanam di dalam mata untuk mengoreksi minus dan silinder tinggi. Teknologi modern ini merupakan solusi alternatif untuk pasien yang tidak bisa menjalani LASIK dikarenakan minus atau silinder yang terlalu tinggi atau kornea terlalu tipis.
Bagaimana Prosedur Eyecryl Phakic?
- Cepat dan Tanpa Jahitan hanya memakan waktu 15-30 menit per mata dan tidak
- Lensa ini dipasang di antara lensa alami dan iris untuk membantu memfokuskan cahaya dengan lebih baik dan meningkatkan ketajaman penglihatan.
- Jika diperlukan, lensa Phakic bisa dikeluarkan kembali (eksplantasi).
- Prosedur dilakukan dengan bius tetes atau bius lokal, sehingga pasien bisa langsung pulang setelahnya tanpa perlu rawat inap
Apa Perbedaan Eyecryl Phakic dan LASIK?
Eyecryl Phakic menggunakan lensa akrilik hidrofilik yang ditanam di belakang iris untuk membiaskan cahaya dan memperbaiki penglihatan tanpa mengubah bentuk kornea. Sedangkan LASIK menggunakan laser untuk membentuk ulang kornea agar cahaya dapat difokuskan lebih baik ke retina.
Keunggulan Eyecryl Phakic
- Akurasi tinggi dan presisi.
- Memperbaiki kelainan penglihatan dengan hasil yang tajam dan jelas.
- Tidak mengganggu kemampuan alami mata untuk melihat objek dekat.
- Memberikan penglihatan yang optimal, baik untuk jarak dekat maupun jauh.
- Hanya memakan waktu 15-30 menit per mata dengan pemulihan yang cepat.
Apa Saja Syarat untuk Menjalani Eyecryl Phakic?
- Usia minimal 18 tahun
- Kedua mata dalam keadaan sehat
- Memiliki minus tinggi atau astigmatisme yang tidak bisa dikoreksi dengan LASIK
- Ketebalan kornea tidak mencukupi untuk prosedur LASIK
Berapa Lama Waktu Pemulihan Setelah Menjalani Prosedur Eyecryl Phakic?
Pemulihan dari Eyecryl Phakic umumnya cepat. Pasien biasanya sudah bisa beraktivitas normal keesokan harinya. Namun, waktu penyembuhan dapat bervariasi pada setiap individu. Untuk hasil optimal, ikuti anjuran dokter dan hindari aktivitas berat selama beberapa hari pertama pascaoperasi.
Telah direview oleh: dr. Ika Citra Susanti, SpM