Jakarta - Surabaya: Senin - Sabtu | 09:00 - 18:00 WIB Jakarta - Surabaya:
Senin - Sabtu | 09:00 - 18:00 WIB

Beranda » LASIK » Mengenal Perbedaan Mata Minus dan Silinder, Apa Saja?

Mengenal Perbedaan Mata Minus dan Silinder, Apa Saja?

Perbedaan mata minus dan silinder terletak pada jenis gangguan penglihatannya. Mata minus membuat penglihatan jauh menjadi buram, sedangkan mata silinder menyebabkan bayangan tampak kabur atau berbayang pada semua jarak.

Pernah merasa kesulitan melihat jauh atau melihat benda tampak berbayang? Bisa jadi itu tanda mata minus atau silinder.

Kedua gangguan ini sering disamakan, padahal penyebab dan cara mengatasinya berbeda. Mata minus membuat penglihatan jauh jadi buram, sedangkan mata silinder menyebabkan bayangan ganda atau kabur di berbagai jarak.

Yuk, kenali beda mata minus dan silinder agar tahu cara mengatasinya dengan tepat!

Apa Itu Mata Minus dan Silinder?

Mata minus adalah gangguan penglihatan yang membuat objek jauh terlihat buram, sementara objek dekat tetap jelas. Kondisi ini terjadi karena bentuk bola mata yang terlalu panjang sehingga cahaya jatuh di depan retina, bukan tepat di atasnya.

Sedangkan mata silinder (astigmatisme) adalah kelainan akibat bentuk kornea atau lensa yang tidak sempurna, menyebabkan penglihatan tampak kabur dan berbayang. Penderita mata silinder biasanya mengalami lebih dari satu titik fokus sehingga objek terlihat tidak jelas di berbagai jarak.

Rabun jauh cenderung dipengaruhi oleh faktor keturunan dan kebiasaan, seperti terlalu sering menatap layar dalam jarak dekat. Sementara itu, mata silinder bisa terjadi sejak lahir atau bersamaan dengan rabun jauh maupun rabun dekat.

Kedua gangguan ini dapat diperiksa melalui tes mata dan dikoreksi dengan kacamata, lensa kontak, atau prosedur medis seperti operasi Lasik. Mengenali perbedaannya penting agar penanganannya lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhan mata Anda.

Baca Juga: Biaya Lasik Mata 2025: Informasi, Perbandingan dan Biaya

Gejala Mata Minus (Rabun Jauh) dan Silindris

Cara mengetahui mata minus dan silinder adalah mengenali gejalanya. Berikut cara membedakan mata minus dan silinder berdasarkan gejala:

Gejala Mata Minus (Rabun Jauh)

Mata minus menyebabkan kesulitan melihat benda yang jauh, sementara objek dekat tetap terlihat jelas. Gejalanya meliputi:

  • Penglihatan buram saat melihat benda jauh sehingga sering mendekatkan diri ke objek.
  • Menyipitkan atau memicingkan mata untuk melihat lebih jelas.
  • Sakit kepala akibat kelelahan mata.
  • Kesulitan melihat saat mengemudi, terutama di malam hari (night myopia).

Rabun jauh biasanya terdeteksi sejak masa kanak-kanak dan sering didiagnosis saat anak mulai bersekolah. Beberapa tanda pada anak yang mengalami rabun jauh antara lain:

  • Sering memicingkan mata.
  • Menonton TV atau melihat layar dari jarak sangat dekat.
  • Sulit mengenali benda atau tulisan dari kejauhan.
  • Sering berkedip berlebihan atau menggosok mata.

Gejala Mata Silinder (Astigmatisme)

Mata silinder terjadi akibat kelengkungan kornea atau lensa yang tidak sempurna, sehingga menyebabkan penglihatan kabur atau berbayang. ciri-Ciri mata silinder meliputi:

  • Penglihatan jauh tampak kabur atau terdistorsi (objek terlihat lebih dari satu fokus).
  • Mata terasa lelah atau tidak nyaman.
  • Sakit kepala akibat ketegangan mata.
  • Kesulitan melihat dengan jelas saat malam hari.
  • Sering menyipitkan mata atau memiringkan kepala untuk mendapatkan fokus yang lebih baik.

Penyebab Mata Minus dan Silinder

Mata minus (miopia) umumnya disebabkan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki mata minus, kemungkinan besar anaknya juga akan mengalami kondisi serupa.

Selain itu, kebiasaan melihat dalam jarak dekat, seperti membaca, menatap layar komputer, atau menggunakan ponsel dalam waktu lama juga bisa memicu mata minus. Miopia biasanya muncul sejak masa kanak-kanak dan dapat memburuk saat anak tumbuh, tetapi cenderung stabil setelah remaja.

Kondisi ini terjadi karena cahaya yang masuk ke mata tidak jatuh tepat di retina, melainkan di depannya, sehingga penglihatan jauh menjadi buram.

Sementara itu, penyebab mata silinder (astigmatisme) lebih sering karena faktor keturunan, di mana bentuk kornea atau lensa mata tidak sempurna sejak lahir. Selain faktor genetik, tekanan berlebih dari kelopak mata terhadap kornea juga bisa menyebabkan mata silinder.

Mata silinder umumnya bukan akibat penyakit, tetapi bisa muncul karena cedera mata, kelainan bentuk kornea seperti keratoconus, atau komplikasi setelah operasi mata. Akibatnya, cahaya yang masuk tidak fokus pada satu titik, sehingga penglihatan menjadi kabur atau berbayang.

Baca Juga: 10 Alasan Kenapa Harus LASIK di Ciputra SMG Eye Clinic

Pengobatan Mata Minus

Mata minus atau rabun jauh dapat diatasi dengan beberapa metode, mulai dari penggunaan lensa koreksi hingga prosedur bedah. Pengobatan ini bertujuan untuk membantu cahaya masuk dan jatuh tepat di retina, sehingga penglihatan menjadi lebih jelas.

Berikut beberapa cara mengobati mata minus:

1. Menggunakan Lensa Koreksi

Lensa koreksi membantu memperbaiki rabun jauh dengan membiaskan cahaya agar fokus jatuh tepat di retina. Ada dua jenis lensa koreksi yang umum digunakan:

  • Kacamata: Cara paling sederhana dan aman untuk meningkatkan ketajaman penglihatan. Tersedia dalam berbagai jenis, seperti lensa monofokal (untuk satu jarak), bifokal (untuk dua jarak berbeda), dan lensa progresif (multifokal).
  • Lensa Kontak: Diletakkan langsung di permukaan kornea dan tersedia dalam berbagai jenis, seperti soft lens (lunak) dan rigid gas permeable (kaku). Beberapa lensa kontak juga dirancang khusus untuk menangani kombinasi rabun jauh dan silinder.

2. Prosedur LASIK (Laser in Situ Keratomileusis)

Metode ini menggunakan laser untuk mengubah bentuk kornea agar cahaya bisa fokus dengan baik di retina. Dokter mata akan membuat flap tipis di permukaan kornea.

Lalu menghilangkan sebagian jaringan dengan laser untuk meratakan bentuknya. LASIK memiliki pemulihan yang lebih cepat dan nyaman dibandingkan prosedur operasi mata lainnya.

Pengobatan Mata Silinder

Pengobatan mata silinder bertujuan untuk meningkatkan ketajaman penglihatan dan kenyamanan mata. Terdapat dua metode utama yang bisa dilakukan, yaitu menggunakan lensa koreksi atau melalui prosedur bedah refraktif (LASIK).

1. Lensa Koreksi

Lensa koreksi membantu memperbaiki kelengkungan kornea yang tidak rata sehingga cahaya dapat difokuskan dengan benar di retina. Jenis lensa koreksi meliputi:

  • Kacamata: Kacamata dengan lensa silinder dirancang untuk menyesuaikan bentuk kornea yang tidak rata, sehingga menghilangkan efek bayangan dan membuat penglihatan lebih jelas.
  • Lensa Kontak: Lensa kontak juga dapat mengoreksi mata silinder hingga -3 dioptri. Tersedia dalam berbagai jenis, seperti lensa lunak (soft lens), sekali pakai (disposable), pemakaian jangka panjang (extended wear), dan lensa kaku (rigid gas permeable). Namun, pemakaian lensa kontak dalam waktu lama berisiko meningkatkan infeksi mata.

2. Operasi LASIK

Metode LASIK (Laser-Assisted in Situ Keratomileusis) dilakukan dengan membuat lipatan tipis (flap) pada kornea, kemudian menggunakan laser untuk meratakan dan menipiskan kornea yang tidak rata. Setelah itu, lipatan kornea dikembalikan ke posisi semula.

Prosedur ini dapat menjadi solusi permanen untuk mengoreksi mata silinder.

Baca Juga: Lasik Mata dengan BPJS Belum Dijamin? Ada 3 Alternatif Lain

Mata minus dan silinder bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama saat membaca, bekerja di depan layar, atau berkendara. Untungnya, kondisi ini bisa dikoreksi dengan kacamata, lensa kontak, atau prosedur medis seperti LASIK.

Menjaga kesehatan mata dengan rutin memeriksakan kondisi penglihatan juga penting untuk mencegah gangguan yang lebih serius. Jika Anda ingin mendapatkan pemeriksaan mata menyeluruh atau mempertimbangkan LASIK mata sebagai solusi permanen untuk mengatasi mata minus dan silinder, Anda bisa berkonsultasi dengan ahli di Ciputra SMG Eye Clinic.

Dengan teknologi canggih dan tenaga medis berpengalaman, Anda bisa mendapatkan perawatan terbaik agar mata sehat dan nyaman.

Telah direview oleh dr. Yudisianil E. Kamal SpM(K)

Source:

Tim Konten Medis

Terakhir diperbarui pada 30 Januari 2025